Kali ini saya ingin bercerita mengenai si Cinta Pertama itu. (sebenarnya juga Cinta Sejati, tapi berhubung terlalu panjang tulisnya, lets say it just by Cinta Pertama ya) Terakhir saya bertemu dengannya adalah saat pernikahannya berlangsung.
Yep. Dia sudah menikah. Malahan mungkin sedang menanti kehadiran putra/putrinya sekarang.
Saya datang pada acara pernikahannya bersama Pat, sahabat saya.
Itu adalah salah satu pengalaman hidup yang tidak pernah bisa saya bayangkan sebelumnya. Saya dulu berpikir, saya tidak pernah akan kuat jika harus melihat orang yang saya cintai bersanding dengan wanita lain di pelaminan. (Jadi teringat tulisan ini beberapa waktu lalu)
Tapi nyatanya, ketika saya hadir disana semua terasa begitu indah. Kegembiraan yang tersiar. Melihat senyummu yang begitu renyah. Pelukmu yang begitu hangat. Sentuhmu yang begitu sayang. Ya. Saya berani yakin, saya mampu berbahagia untuk kebahagiaanmu.
Walau tak bisa dipungkiri (pun disembunyikan) bahwa hati ini hancur. Cemburu begitu dahsyat. Kehilangan sebagian esensi kehidupan saya yang kerap mandikan kerinduan akan hadirmu.
Dirimu sudah menjadi miliknya. Dia yang bukan aku.
Sungguh bersyukur saya tidak pingsan di dalam ruang resepsi itu.
Terimakasih karena sudah menerimaku dengan baik ya?!
Kamu tak menyangka aku akan datang, aku pun tidak menyangka kamu akan memeluk dan menciumku.
Baik.
Setelah itu, saya tidak lagi pernah berkomunikasi dengannya. Walaupun begitu ingin.
Hingga suatu hari ada seorang teman saya yang memberi tahu apa id YM miliknya. Tidak buang waktu, saya pun meng-add dia untuk menjadi teman di YM saya.
Jarang kami mempunyai kesempatan untuk chatting. Hanya sesekali dan itupun dengan durasi yang tidak lama.
Sampai tiba waktu kemarin malam. Ketika tanpa alasan yang jelas saya menulis status YM: "permisi.. numpang kentut yess?". Dan ia pun menjadi gatal untuk tidak berkomentar mengenai status saya.
Pembicaraan pun mengalir begitu alami dan begitu panjang. Hingga akhirnya membahas mengenai hubungan kami terdahulu. Saling menyalahkan pun tak terhindarkan.
Ternyata kita masih sama-sama seperti itu ya. Tidak mau kalah. Hehe..
Dan melalui tulisan ini, saya ingin sekali mengucapkan terimakasih teramat sangat kepada dirinya. Entah dia akan membacanya atau tidak.
Aku minta maaf atas seluruh perbuatan aku sejak dulu yang mungkin pernah menyakiti hati kamu. Sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Ternyata masalahnya hanya kesalahpahaman dan keegoisan kita untuk membenarkan apa yang kita percayai tapi bukan apa yang menjadi fakta. Juga emosi semata.
Aku minta maaf karena tidak pernah bisa mengambil kesempatan untuk mengungkapkan perasaan terdalam yang ada di hati ini di depanmu.
Aku minta maaf karena tidak cukup keras berusaha agar kita kembali bersama, dulu.
Aku menyesali segala keterlambatan itu.
Terimakasih karena telah bersedia mendengarkan curahan hatiku dan membahas masalah itu dengan kepala dingin.
Terimakasih karena telah menjawab beberapa pertanyaanku yang tertimbun selama 13 tahun belakangan ini.
Terimakasih karena telah menginjinkanku ada di dalam hidupmu dan tinggal di hatimu.
Terimakasih karena masih menjadi sosok yang aku kenal. Sosok yang selalu aku sayangi.
Terimakasih karena telah bersedia mengerti.
Aku minta maaf. Aku menyesal. Aku berterimakasih.
Suatu hari. Aku ingin mengatakan ini di hadapanmu. Semoga kesempatan itu ada.
Begitulah.
Surat untuk Cinta Pertama dan Cinta Sejati saya.
Tidak perlu panjang-panjang. Yang lain-lainnya langsung diberitahu ke orang yang bersangkutan saja.
Hey.. Tidak semua hal tentangku harus kau tahu kan?? :D
Terimakasih semesta untuk perjalanan hidup ini.
Jangan mencinta
7 tahun yang lalu