24 Juni 2009

racauan malam..

Saya terbangun di tengah malam. Tanpa keinginan memejamkan mata, tanpa keinginan melelapkan tubuh dan hati. Hanya ingin diam berdampingan dengan sepi dan kolam yang memancurkan air di depan kamar kost saya.
Malam ini beraura tidak biasa. Entahlah. Kadang-kadang saya kesulitan menerjemahkan rasa yang ditemukan oleh indera saya yang satu ini. Iya, hati. Apalagi kalau bukan itu. Indera yang tidak memiliki satuan. Tidak memiliki alat ukur. Namun bisa sangat hebat menampung berbagai gejolak rasa yang tercipta.

Seperti hari ini. Disaat yang terasa jelas di hati justru ketidakjelasan rasa itu sendiri. Tak terdefinisikan dengan baik. Bahkan saat saya coba menuliskannya disini, mungkin malah jadinya tidak tergambarkan sama sekali. Yah, tak ada salahnya berusaha bukan?!

Seharian ini saya terundung oleh rasa kuatir yang begitu besar. Rasa yang tidak enak. Keduanya membuat saya tidak mood menjalani hari apalagi bekerja di kantor. Sungguh bukan obat yang tepat. Tapi sekali kewajiban itu ada, akan menjadi tanggungjawabmu dan bergelayut terus hingga kau selesai menunaikannya. Begitu pemahaman saya. Maka dengan setengah malas yang tersisa, saya menyelesaikan semua pekerjaan yang perlu diselesaikan hari ini.
Tadinya saya berpikir, mungkin ini bawaan PMS (Pre Menstruation Syndrome) yang bisa-bisanya mulai datang 2minggu sebelum hari H. Atau kekuatiran yang tidak beralasan juga berlebihan. Atau saya saja yang sedang sensitif ditambah dengan flu batuk pilek yang tak kunjung sembuh. Tapi malam tadi terjawab sudah.

Seseorang yang dekat dengan saya mengalami kecelakaan. Yah, walau tidak semenyeramkan seperti berita di televisi. Tetapi dua buah jenis kendaraan yang berbeda berciuman di jalan tentu bukan sesuatu yang baik, bukan?
Syukurlah tidak terjadi sesuatu yang lebih mengkuatirkan dari ini. Walaupun beberapa hari ini pasti akan diributkan oleh urusan ini dan itu, paling tidak seseorang yang dekat dengan saya, baik-baik saja.

Buat kamu. Iyah, kamu yang seringkali meweweti saya agar selalu hati-hati. Tidak bengong saat menyetir mobil. Tidak cuek dengan apa yang dirasa hati.
Tolong sampaikan wewetmu ini ke dirimu sendiri yah?! Oiya, satu lagi. Saya pesan egois hanya 5, jangan kamu beri saya 10. Itu terlalu banyak.
Tolong sampaikan pada dirimu juga, terimacinta sudah mendengarkan. Kalau masih juga tidak didengarkan, jangan sungkan bilang sama saya yah?! Biar saya urus lebih lanjut. :)

Pelajaran hari ini, dengarkan apa yang dirasakan orang lain. Karena kamu tidak pernah tahu.

22 Juni 2009

sudah lama..

Sudah lama saya tidak menulis.
Sudah lama saya tidak membuat prakarya.
Sudah lama saya tidak punya aquarium.
Sudah lama saya tidak main gitar.
Sudah lama saya tidak pergi pakai baju warna merah.
Sudah lama saya tidak nonton film kartun lucu.
Sudah lama saya tidak lari pagi.
Sudah lama saya tidak berambut pendek.
Sudah lama saya tidak pergi ke salon.
Sudah lama saya menunggu.

07 Juni 2009

i'm giving up, good bye

Pagi tadi saya menyadari satu hal, bahwa ada orang yang tidak bisa berhubungan lagi dengan mantan pacarnya meskipun itu hanya sebatas pertemanan biasa.
Mungkin sudah lama seharusnya saya menerima hal ini, sebab terus terang sudah sejak lama pula saya menyadarinya. Yah paling tidak, sudah seharusnya mengetahui keberadaannya. Namun saya masih belum bisa menerimanya dan masih memaksakan kehendak saya untuk bisa berteman dengan sang mantan pacar.

Sudah pernah saya bilang kalau saya paling tidak suka jika sebuah hubungan pertemanan itu berakhir, apalagi hanya karena sudah tidak lagi berpacaran. Sebelum pagi tadi, saya tidak menerima alasan apapun yang mendukung bahwa setelah putus maka tidak lagi bisa berteman biasa. Sebab secara hati saya pribadi, saya bisa menerima kondisi itu dan sangat bisa berteman dengan mantan pacar tanpa melibatkan cinta yang dulu. Saya bisa membatasi apa yang saya rasa. Saya punya tempat-tempat tersendiri bagi masing-masing orang penting yang hadir dalam hidup saya.

Tapi sekali lagi, tidak setiap orang seperti saya. Tidak semua hal bisa saya paksa berjalan sesuai dengan kehendak saya.

Pagi tadi saya menyadari satu hal, mantan pacar tidak ingin berhubungan lagi dengan saya karena mungkin dia tidak seperti saya. Mungkin dia tidak bisa membatasi perasaannya. Mungkin dia tidak memiliki kantung-kantung penyimpan rasa di dalam hati seperti saya. Mungkin dia tidak ingin menyuburkan rasa untuk saya yang mungkin pernah dirinya punya. Mungkin dia hanya ingin menyudahi semuanya dan menjadikannya itu kenangan. Sebab mungkin dengan melihat saya atau berhubungan dengan saya, semua kenangan itu akan bangkit dan mengganggu hidupnya yang sekarang. Mungkin dia hanya ingin menjalani hidupnya bersama mereka yang dia cintai kini.

Baiklah.
Kali ini saya menyerah. Saya hargai keputusan dia. Saya akan biarkan keinginan saya untuk berteman dengannya menetap di tempatnya sendiri. Saya akan diam. Saya hanya akan melihatmu dari sini. Dari tempat yang dia tahu betul letaknya dimana.

Congratulation to your new baby birth. I wish i could tell this thing straight, but again, i've just realized something this morning. I will literally let you go now. No more hopes. No more desires. You can live your own life without me bugging you with lots of question and demand. I guess this is the right time for me to say good bye. See you in another life that may exist someday.
Anyway, really happy seeing you happy with your family.
Hope the baby can turn into a great baby, kid until someday he becomes a great man just like his father.
Last but least, i love you. Once was very much but now only in a form which is care about you alot. Good bye. Save a kiss for the baby, will you? :D

tentang ayu 1

Saya orang yang sangat mengandalkan feeling. Pertama kali bertemu dengan seseorang, biasanya saya menyerahkan sepenuhnya kepada feeling saya untuk menilai apakah saya bisa berteman dengan orang itu atau tidak. Jika feeling saya tidak enak, sekeras apapun usaha saya untuk menjalin hubungan pertemanan dengan orang yang dimaksud, tidak akan pernah berhasil. Dan berdasarkan pengalaman, kalau sudah demikian biasanya orang tersebut bukanlah orang yang baik, paling tidak menurut penilaian saya pribadi. Sebaliknya, kalau feeling saya itu baik-baik saja, saya bisa dengan sangat mudah menjadi dekat dengan orang itu tanpa saya sadari. Jadi, kalau feeling saya sudah berbicara, saya enggan tidak menghiraukannya.

Saya tidak suka perkenalan sepintas lalu. Bagi saya, kalau memang mau berteman, ya bertemanlah hingga batas terakhir sebuah pertemanan. Tidak setengah-setengah. Tidak basa-basi. Ibaratnya, kalau saya ketemu dengan satu ember air, saya tidak hanya ingin cuci tangan atau cuci kaki saja, tapi juga ingin segera mandi. Membasuh tubuh saya dengan air yang ada. Begitu pula kalau saya bertemu dengan seseorang, kalau menurut feeling saya baik-baik saja. Maka saya tidak segan untuk mencari tahu sedalam-dalamnya tentang orang tersebut.
Karena itulah, sebenarnya saya paling tidak suka kalau harus berbasa-basi dengan orang di sebuat tempat umum. Misalnya, saat mengantri tiket, saat mengantri ke dokter, mengantri tes penerimaan karyawan untuk sebuah perusahaan. Sebab bagi saya kebanyakan itu hanyalah pertemanan semu semata. Hanya karena kebutuhan kita saat itu saja. Begitu situasinya sudah berbeda, perkenalan itu pun tinggal menjadi kenangan.

Saya adalah tipe orang yang punya batas-batas dalam lingkaran pertemanan. Ibaratnya saya sebagai titik pusatnya, lingkaran yang pertama berisi orang-orang yang paling dekat dengan saya dan terlibat secara emosi. Lingkaran kedua berisi orang-orang yang saya kenal baik, namun tidak melibatkan emosi atau perasaan. Lingkaran ketiga berisi orang-orang yang saya kenal biasa-biasa saja. Dan begitu seterusnya. Singkat kata, semakin orang itu dekat dengan saya atau semakin kecil lingkarannya maka keberadaannya akan semakin berarti dalam hidup saya.

Banyak orang memulai hubungan pacaran dari hubungan pertemanan. Bagi saya, hal tersebut sungguh sulit. Sekali saya sudah menganggap orang tersebut sebagai teman apalagi teman dekat, hampir sangat tidak mungkin meningkat menjadi pacar. Teman adalah teman. Sampai kapanpun akan menjadi teman. Kalau saya memang berniat menjalin hubungan pacaran dengan orang itu, maka sedari awal saya tidak akan menganggap dia sebagai teman yang benar-benar teman. Dari awal saya akan menganggap dia sebagai calon pacar yang notabene akan berbeda dengan teman. Segimananyapun saya dekat dengan teman saya, bahkan ekstrimnya hingga tidur berdampingan, saya tidak akan bisa punya perasaan selain sayang saya terhadap teman. Untuk hal ini, saya mempunyai batas-batas yang sangat jelas di dalam hati saya.
Sejujurnya sudah beberapa kali saya berusaha mematahkan hal ini, sebab saya tidak ingin dibilang hanya terkena sugesti semata, tapi tetap saja tidak berhasil. Hati saya sudah memutuskan apa yang ingin dia lakukan terhadap orang-orang yang berada di dalamnya. Dan saya sedikitpun tidak bisa melakukan apa-apa.

Saya juga adalah tipe orang yang paling tidak suka jika hubungan pertemanan itu menjauh apalagi berakhir. Sekali menjadi orang yang istimewa di dalam hati dan hidup saya, maka akan selamanya seperti itu. Tidak ada hal apapun yang bisa mengubah arti dari dia yang pernah hadir dalam hidup saya.

04 Juni 2009

tentang wanita

Saya mendapatkan tulisan ini dari forward-an email yang biasa saya dapat dari teman saya. Isinya cukup membuat saya berpikir, apakah saya seperti ini juga yah.. He5. Maybe just a little yah. Or a little that isn't. Ha5.
Coba deh, kalian para wanita baca tulisan di bawah ini. Pasti bikin senyum2 sendiri deh. Dijamin.
Selamat membaca.

---------



Ini adalah kisah Budi dan Ani, tipikal pasangan orang Sunda yang lagi
pacaran dimana sang pria mendapat panggilan sayang 'Aa', sementara sang
wanita dipanggil 'Neng'.


Satu bulan pertama, bagi Budi dan Ani, adalah surga. Dunia terasa indah
dan damai.Mendekati 9 bulan pacaran, drama pun dimulai.


1. Cemburu
Ani menatap Budi dengan tajam. Kedua tangannya melipat
defensif,menunjukkan sikap penuh permusuhan. Budi sedang mengonsumsi dosis
harian: menerima semprotan Ani. Satu isu kecil dapat berubah menjadi
letusan gunung.
"Kenapa semalem Neng nelepon gak Aa' bales?"
"Geulis (cantik)?, soalnya Aa' semalem baru pulang jam 2."
"Ngapain aja?" Mata Ani semakin tajam , membuat Budi merasa seperti
imigran gelap yang sedang diinterogasi petugas imigrasi.
"Aa'... Aa' semalem kan siaran"
" Kan sampe jam dua belas?"
"Abis itu, mengantarkan pulang Risa."
Kesalahan terbesar kebanyakan pria adalah kejujuran.
"Enak amat yah jadi Risa. Dianter kamu pulang malem-malem. Padahal kan dia
bukan pacar kamu."
Matanya semakin hostile.
Budi menggaruk-garuk kepalanya.
Dia mulai mengerti maksud omongan Ani.
Sudah saatnya wanita bersikap mandiri dan mampu pulang sendiri ke rumahnya
di tengah malam melewati gang-gang penuh preman, maling pemerkosa. Belum
lagi resiko dicabik-cabik anjing liar dan gila.
Di tahap ini, pembantu Ani yang berprofesi ganda sebagai pengamat Sinetron
Indonesia secara transparan berpura-pura tidak menguping pertengkaran.
"Daerah rumah dia kan Cikaso. Gak aman."
"Suruh dia pindah rumah dong. Biar kamu gak perlu anter-anter! " ujar Ani
sambil mengabaikan beberapa faktor kecil seperti:
a. Bahwa mencari rumah baru sulit
b. Harga rumah mahal
"Neng kenapa sih mesti cemburu?"
"Cemburu? Neng nggak cemburu. Siapa yang cemburu? Apakah Neng terdengar
seperti orang yang cemburu? Menurut kamu ini cemburu? Menurut kamu Neng
cemburuan? Nggak!" dengan desibel yang meningkat 8 kali dari level normal
dengan dahi berkerut.


2. Dominasi
Ini adalah agenda keseharian Budi.Pagi - Antar Ani ke kampusnya. Siang -
Mendatangi Ani di kampusnya, makan siang bersama. Sore - Menjemput Ani
dari kampus. Malam - Menelpon Ani. Budi mulai jengah dengan aktivitas yang
menuntut mobilisasi tinggi ini. Dia mengusulkan agar Ani juga pro-aktif
untuk pergi ke kampus Budi sesekali dan mengurangi frekuensi pertemuan.
"Neng, kalo kayak gini terus, Aa' bisa cacat permanen dan jatuh miskin."
"Katanya sayang?"
"Gak mesti tiap hari kan ketemuan?"
"Kan kangen A'."
"Kalo Neng kangen, ya Neng juga dong sekali-kali pergi ke kampus Aa'."
"Nggak. Aa' aja yang ke kampus Neng."
"Ntar Aa' kecapekan."
"Kalo sebaliknya, Neng dong yang kecapekan."
"AAAARRRGGGHHHHHHH"


3. Sensitifitas
"Neng keliatan gendut gak sih Aa'?"
"Nggak."
"Liat dong ke Neng kalo bicara."
"Oke."
"Gendut ah."
"Nggak kok sayang."
"Gendut."
"Ya mungkin sedikit perlu fitness kali ya?"
"JADI MENURUT AA', NENG GENDUT? TEGA!"
"Loh?"
"Apa liat-liat?"
"Tadi katanya disuruh liat."
"Liatin saya gendut?"
"Aa' minta obat tidur...4 butir...please. "
"Buat?"
"Bunuh diri."
"Kenapa mau bunuh diri? Malu yah punya pacar gendut?"
"ARRRGGGHHHHH! !!"


4. Drama-drama- drama
"Halo?"
"Halo? Aa' ya?"
"Iya sayang, Neng, Aa' gak bisa ke rumah malem ini gak apa-apa ya?"
"Kenapa?"
"Aa' mau pergi sama temen-temen. Bimo ulang tahun dan mau nraktir makan."
"Nggak. Aa' ke sini sekarang juga."
"Tapi Neng, semua anak-anak pada ikutan."
"Jadi Aa' lebih seneng bergaul sama temen-temen Aa' daripada sama Neng?"
"Bukan gitu, ketemu kamu kan udah tiap hari. Bimo ulang tahun kan cuman
sekali setahun."
"Bilang aja lebih sayang Bimo ketimbang sama Neng."
"Nggak kok, kamuh gak nangkep nih esensinya."
"Saya cuman sapi gila yang kamu gandeng kemana-mana. .ya, kan ?"
"Sapi sih nggak ya.."
"Hu hu hu.. udah gak ada yang sayang lagi sama Neng di dunia ini.."
"Ehm...cup cup sayang...duh, bageur..."
"Neng mending mati aja sekalian... giles aja Neng sekalian sama truk ayam,
A'."
"Aduh Neng, ini bukan masalah yang besar kok, cuman semalem aja."
"Kalo bukan masalah yang besar berarti Aa' bisa ke sini, kan ?"


5. Teman
"Saya gak suka sama sahabat-sahabat kamu. Yang satu bau. Yang satu logat
Sumateranya nyeremin, dan yang paling Neng gak suka,... yang paling deket
sama kamu itu... tukang maenin cewek!"


6. Makna ganda
Ketika berjalan-jalan di shopping mall dengan Ani, Budi mulai menyadari
perkataan Doni dulu bahwa terkadang wanita bisa menjadi makhluk yang
kompleks. Minggu depan adalah ulang tahun Ani.
"Ih, bagus yah sepatu ini," ujar Ani menatap sepasang sepatu.
"Kamu mau Aa' beliin ini untuk ulang tahun kamu?"
"Nggak lah... nggak usah."
"...Oke..." Budi melanjutkan jalan-jalannya, meninggalkan Ani yang masih
berdiri di depan etalase sepatu.
"Kok segitu aja?"
"???"
"Paksa dong bujuk Neng supaya mau."
"Kamu tadi baru bilang bahwa kamu nggak mau."
"Iya, tapi bukan berarti saya gak mau, kan ?"
"Jadi kalo kamu bilang gak mau, itu artinya kamu mau?"
"Belum tentu juga."
"Kalo kamu bilang mau, itu artinya kamu gak mau?"
"Belum tentu juga."
Budi cuma bisa garuk-garuk

28 Mei 2009

Uneg2 ga penting pagi hari

Ada yang suka sepak bola..?? Kalau ada, pastinya cukup nyambung ngobrol dengan saya. Terus terang, saya bukan fanatik terhadap sepakbola itu sendiri. Dalam arti saya tidak menonton semua liga sepakbola yang ada, tapi saya sangat menyukai Liga Inggris dan juga Liga Champion. Satu yang favorit adalah klub sepakbola Inggris Manchester United.
Jika ada yang mengikuti berita olahraga, tentunya akan tahu kalau Barcelona mengalahkan Manchester United (MU) dengan skor 2-0 dinihari tadi. Sungguh titel yang pantas untuk Barcelona melihat permainan yang ditampilkan. Saat saya mengecek akun Facebook saya, sudah tertebak, begitu banyak yang membenci MU dan menghujat MU sebegitunya meskipun mereka bukanlah juga penggemar Barcelona.
Yang menjadi perhatian saya, kenapa sih mereka tidak suka sekali dengan MU?? Mereka bilang beda kelas lah.. Mereka bilang, ga pantas masuk final lah.. Mereka bilang, kelas teri lah..
Yang lebih lucu lagi, mereka yang bilang MU yang notabene juara Liga Inggris musim ini, kelas teri adalah penggemar salah satu klub Liga Inggris juga.. Kalo MU aja dibilang kelas teri, bukankah justru mereka mengecilkan klub idola mereka sendiri?? Udah kelas teri, ga juara lagi..
Saya heran luar biasa. Sebab setahu saya, olahraga adalah salah satu bidang yang memerlukan sportifitas dan memang sudah seharusnya begitu. Lalu, mengapa mesti sebegitunya menghujat MU?? They are the best in Premiere League but not in Champion League. Why does it so much hard to admit?? Bukannya tiap Liga, seteri apapun pasti ada pemenangnya? Masalah pemenang itu diadu lagi, pasti juga ada yang menang dan kalah kan??
Jadi, Barcelona memang pantas menjadi juara. MU memang pantas berlatih lebih banyak lagi.
So what guys?? Just accept it..

05 April 2009

surat untuk CPCSku..

Kali ini saya ingin bercerita mengenai si Cinta Pertama itu. (sebenarnya juga Cinta Sejati, tapi berhubung terlalu panjang tulisnya, lets say it just by Cinta Pertama ya) Terakhir saya bertemu dengannya adalah saat pernikahannya berlangsung.
Yep. Dia sudah menikah. Malahan mungkin sedang menanti kehadiran putra/putrinya sekarang.
Saya datang pada acara pernikahannya bersama Pat, sahabat saya.
Itu adalah salah satu pengalaman hidup yang tidak pernah bisa saya bayangkan sebelumnya. Saya dulu berpikir, saya tidak pernah akan kuat jika harus melihat orang yang saya cintai bersanding dengan wanita lain di pelaminan. (Jadi teringat tulisan ini beberapa waktu lalu)
Tapi nyatanya, ketika saya hadir disana semua terasa begitu indah. Kegembiraan yang tersiar. Melihat senyummu yang begitu renyah. Pelukmu yang begitu hangat. Sentuhmu yang begitu sayang. Ya. Saya berani yakin, saya mampu berbahagia untuk kebahagiaanmu.
Walau tak bisa dipungkiri (pun disembunyikan) bahwa hati ini hancur. Cemburu begitu dahsyat. Kehilangan sebagian esensi kehidupan saya yang kerap mandikan kerinduan akan hadirmu.
Dirimu sudah menjadi miliknya. Dia yang bukan aku.
Sungguh bersyukur saya tidak pingsan di dalam ruang resepsi itu.

Terimakasih karena sudah menerimaku dengan baik ya?!
Kamu tak menyangka aku akan datang, aku pun tidak menyangka kamu akan memeluk dan menciumku.

Baik.
Setelah itu, saya tidak lagi pernah berkomunikasi dengannya. Walaupun begitu ingin.
Hingga suatu hari ada seorang teman saya yang memberi tahu apa id YM miliknya. Tidak buang waktu, saya pun meng-add dia untuk menjadi teman di YM saya.
Jarang kami mempunyai kesempatan untuk chatting. Hanya sesekali dan itupun dengan durasi yang tidak lama.

Sampai tiba waktu kemarin malam. Ketika tanpa alasan yang jelas saya menulis status YM: "permisi.. numpang kentut yess?". Dan ia pun menjadi gatal untuk tidak berkomentar mengenai status saya.
Pembicaraan pun mengalir begitu alami dan begitu panjang. Hingga akhirnya membahas mengenai hubungan kami terdahulu. Saling menyalahkan pun tak terhindarkan.

Ternyata kita masih sama-sama seperti itu ya. Tidak mau kalah. Hehe..

Dan melalui tulisan ini, saya ingin sekali mengucapkan terimakasih teramat sangat kepada dirinya. Entah dia akan membacanya atau tidak.

Aku minta maaf atas seluruh perbuatan aku sejak dulu yang mungkin pernah menyakiti hati kamu. Sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Ternyata masalahnya hanya kesalahpahaman dan keegoisan kita untuk membenarkan apa yang kita percayai tapi bukan apa yang menjadi fakta. Juga emosi semata.
Aku minta maaf karena tidak pernah bisa mengambil kesempatan untuk mengungkapkan perasaan terdalam yang ada di hati ini di depanmu.
Aku minta maaf karena tidak cukup keras berusaha agar kita kembali bersama, dulu.
Aku menyesali segala keterlambatan itu.
Terimakasih karena telah bersedia mendengarkan curahan hatiku dan membahas masalah itu dengan kepala dingin.
Terimakasih karena telah menjawab beberapa pertanyaanku yang tertimbun selama 13 tahun belakangan ini.
Terimakasih karena telah menginjinkanku ada di dalam hidupmu dan tinggal di hatimu.
Terimakasih karena masih menjadi sosok yang aku kenal. Sosok yang selalu aku sayangi.
Terimakasih karena telah bersedia mengerti.

Aku minta maaf. Aku menyesal. Aku berterimakasih.

Suatu hari. Aku ingin mengatakan ini di hadapanmu. Semoga kesempatan itu ada.

Begitulah.
Surat untuk Cinta Pertama dan Cinta Sejati saya.
Tidak perlu panjang-panjang. Yang lain-lainnya langsung diberitahu ke orang yang bersangkutan saja.
Hey.. Tidak semua hal tentangku harus kau tahu kan?? :D

Terimakasih semesta untuk perjalanan hidup ini.

Pat, Mahalier and a lil 'bout him

Sebenarnya pengen cerita tentang kejadian hari kemaren, tanggal 4 April 2009 yang rasa-rasanya sungguh hari yang luar biasa. Tapi berhubung semalam saya sudah tepar dan tidak mampu mengetikkan satu kata pun lagi, baiklah. Ceritanya akan saya bagi sekarang saja ya.

Kemarin seperti biasa, waktunya saya pulang ke rumah di Bintaro dari kost-an saya di daerah Pancoran sana. Niat awal pulang pagi-pagi, hancur seketika saat saya menengok Twitter saya. Tertulis bahwa salah seorang sahabat baik saya, melamar kekasihnya melalui Twitter. Sebenarnya saya sangat bahagia untuknya, sungguh senang menerima berita itu dari dia. Tapi yang menjadi kekesalan saya, kenapa saya tidak diberitahu sebelumnya. Saya merupakan orang ke sekian yang mengetahui hal itu, mengingat komunitas Twitternya jauh lebih banyak dari saya.
Jelas saya tidak terima.
Silakan menilai saya sesuka kamu, tapi tetap saya tidak terima, Pat.
Namun sama sekali tidak mengurangi kebahagiaanku untukmu.

Nah. Setelah berkutat dengan kekesalan, akhirnya saya malas pulang tuh. Saya putuskan untuk menuliskan beberapa tulisan untuk mengupdate blog saya yang satunya.
Hari menjelang siang, giliran saya menengok ke FB, dan saya teringat kalau ada sahabat saya lainnya yang tinggal di daerah Blok M sana. Saya pikir, enak juga nih ketemuan, mengingat sudah lama juga kami tak bergosip ria. Toh arah pulang saya melewati Blok M juga.
Saya sms lah si Aish ini. Tanggapannya sih biasa-biasa saja. Soalnya dia ada jadwal ujian di hari senin untuk Diklatnya di Depkeu dan dia katanya pengen belajar. Saya mengerti. Tapi saya sedikit memaksa dan minta ke dia hanya ketemuan makan siang saja, tidak usah jalan-jalan. Habis gimana. Sudah kangen sekali.
Lalu dia bilang, mau hubungin sahabat saya satunya lagi si Refie. Dan singkat kata, Refie ada acara dan baru bisa ketemuan sore hari. Padahal saya tidak terlalu berminat jika harus sampai malam hari. Maklum. Sudah berasa lelah.

Saya putus asa.
Tetap belum memutuskan untuk pulang ke rumah jam berapa, tapi saya malahan bersih-bersih kamar, menyapu dan mengepel. Lalu saya mandi.
Sehabis mandi, saya menghubungi kembali si Aish. Saya bilang, saya mau jalan pulang sekarang, kalau berminat untuk bertemu, saya tunggu di Blok M.
Eh ternyata eh ternyata, dia setuju dan diputuskanlah tempat ketemuannya di KFC Mulawarman, dekat dengan kost-an dia.
Begitu saya sudah berada di bis, tiba-tiba Refie telp, dan dia bilang 10 menit lagi sampai KFC.
Ahhh.. Betapa bahagianya saya akan bertemu dengan kedua sahabatku ini. Di dalam bis, saya sudah senyum-senyum sendiri seperti orang gila.

Akhirnya kami bertemu.
Sudah bisa ditebak, kalau Aish datang paling belakangan. Memang sudah bakatnya dia seperti itu. Haha..
Semua masih sama. Kehangatan itu. Kebiasaan-kebiasaan kita. Ketawa ngakak yang menggelegar. Benar-benar serasa KFC itu milik kami bertiga.
Perhelatan gosip pun sudah dimulai. Maaf bagi orang-orang yang kami gosipi. Tidak bermaksud ngomongin kok. Cuman pengen update informasi diantara kami bertiga. Hehe..
Aish masih dengan kebiasaan makan yang lama. Refie masih dengan kebiasaan cuci tangannya, dasar miss bersih. Dan saya, masih dengan kebiasaan saya mendengarkan dan menyimak mereka berdua berceloteh. (tidak mau ketahuan apa kebiasaannya, haha.. you tell me lah girls)
Setelah 2 jam berlalu, kami pun memutuskan untuk pulang. Sebenarnya sih belum cukup, sama sekali ga ada apa-apanya, mengingat biasanya kalo di kost-an Mahali dulu, kami bisa ngobrol sampe pagi. Bahkan dengan kondisi besoknya mau ujian. Eh salah ya, kalo mau ujian malah kita tidur ya girls? Hehe..
Tetapi Refie ada acara mau ke melayat bersama kedua orang tuanya, sedangkan Aish, katanya sih mau belajar. Dan saya, yaahh.. tidak semuanya harus kalian tahu kan?? :D
Akhirnya kami berpisah.

Perjalanan saya pun dilanjutkan dengan bis jurusan Blok M - Bintaro.
Perjalanan cukup lancar. Sesampainya di Bintaro, saya mampir di Tamani Cafe dulu. Saya ngidam Green Tea Latte-nya.
Setelah puas nongkrong sendirian, saya pun pulang.

Sampai dirumah, saya online di YM dengan status "permisi.. numpang kentut yes??".
Dan rupanya ada yang terganggu dengan status saya itu.
Untuk cerita yang ini, dilanjutkan di posting berikutnya ya..

Intinya, hari kemarin menyenangkan.
Kekesalan saya dibayar dengan kebahagiaan saya berkomunikasi dengan orang-orang yang saya rindukan.
Kedua sahabat saya.
Dan cinta pertama saya.

Aish dan Refie:
Terimakasih untuk pertemuan singkat kemarin ya. Lain kali harus lebih lama lagi.

Cinta Pertamaku:
Terimakasih untuk segala penjelasan dan ungkapan hati yang telah terucap.

I miss you.. I love you all..

27 Maret 2009

Selamat Hari Burung

Kejamnya waktu kadangkala berupa paksaan.
Memaksa kita untuk berkejar-kejaran mengimbangi dirinya.
Membuat kita merasa perlu untuk selalu berhati-hati dalam setiap langkah yang kita ambil. Sebab waktu tak pernah mengenal kata kembali.
Jangankan kembali, pada saat sekarang saja ia diminta untuk berhenti, mustahil adanya.
Sehingga pada akhirnya kita terpaksa untuk menerima apapun yang dibentuk, disebabkan serta diciptakan oleh perjalanan dari sang waktu.

Seseorang yang dekat dengan saya mungkin juga tak menyadari betapa waktu telah begitu banyak menemani hidupnya. Bergulir dalam kesenyapan yang tidak tersadarkan keberadaannya. Menciptakan segala macam hal yang pada dasarnya selalu seseorang yang dekat dengan saya ini inginkan menjadi indah akhirnya, namun hidup tak melulu berkeinginan sama dengan apa yang kita harapkan bukan? Hingga tiba hari ini. Dimana seseorang yang dekat dengan saya menemukan kembali tanggal serta bulan kelahirannya di tahun 2009.

Saya hanya ingin bilang:

"Tidak ada yang salah dengan kepala tiga.
Tidak ada yang salah dengan berlalu dari kepala dua.
Tidak ada yang salah dengan usia yang bertambah tua.
Pun hidup yang berangsur muda.

Tinggal bagaimana dirimu mampu memperkaya.
Sebuah atau bahkan jutaan makna.
Hingga tiba saatnya dirimu kembali bersujud di hadapNya.
Yang tersisa hanyalah kasih dan bangga."


Selamat Ulang Tahun, dear..
Semoga harimu menyenangkan..

25 Maret 2009

Happy Seclusion Day to all Hinduism in town..

Keheningan kembali datang.
Dimana waktu untuk melakukan introspeksi atas apa yang sudah kita lakukan selama kurang lebih satu tahun terakhir sejak Nyepi sebelumnya berlangsung, pun kembali tiba.

Selamat beribadah.
Selamat menikmati keheningan.
Selamat Hari Raya NYEPI 1931 Caka.

06 Maret 2009

kawan yang tak sekedar berkawan

Sore kemarin saya pulang bersama kedua orang teman saya. Banyak sudah orang yang menduga keduanya memiliki hubungan lebih dari seorang teman. Termasuk juga saya. Tapi hey, lebih dari sekadar teman tidak melulu berakhir dengan berpacaran kan?!
Kemudian di suatu kesempatan, saya memutuskan untuk bertanya langsung kepada salah satu teman saya ini mengenai kebenaran hubungan yang terjalin diantara mereka itu seperti apa. Si teman pun tidak menjawab dan menyerahkan segala penilaian kepada orang banyak.
Baiklah..
Saya menghargainya..

Tapi ketika sore kemarin kami pulang bersama, terlihatlah di mata saya, sebuah aura yang berbeda saat mereka bertemu. Tidak ada hal yang istimewa. Jangankan berharap melihat pemandangan mereka saling bergenggaman tangan, jalan beriringan saja mereka enggan. Pun tidak ada kata2 mesra terucap, bicara saja seperti terkesan malu2.

Tetapi yang tertinggal adalah sebuah tatapan yang berbeda. Sinar di kedua mata mereka masing2 saat berhadapan. Hangat yang terasa saat saya berada diantara mereka berdua. Caranya memberikan topi kepada lainnya agar kepalanya tidak terkena hujan.
Entah mengapa, melihat itu semua membuat saya merasa senang. Benar2 kesenangan yang tidak biasa.

Baiklah..
Lepas dari segala duga, apa yang terpapar di depan mata saya sore kemarin sungguh indah. Seindah sebuah cinta. Walau mereka enggan mengakuinya tapi saya sangat bahagia melihatnya. Mengingat salah satu teman saya ini sedang uring2an dengan pekerjaannya. Pastinya dengan bertemu si teman saya satunya, akan menjadi sebuah oase ditengah kegersangan yang melanda.
Tapi saya pikir, tak perlu juga diakui secara terang2an. Toh sampai kapanpun cinta memang tak pernah bisa benar2 ditutupi. Sebab semua ada di matamu. Apa kamu bisa berjalan dengan mata yang tertutup?! Kalaupun iya, sampai lama kamu akan bertahan?! Pengidap tuna netra pun selalu ingin bisa melihat, bagaimana dengan kamu yang sudah tahu benar keindahan bumi manusia, apakah rela menutupinya terus menerus?!

Teruntuk kedua teman saya.
Aku bahagia melihat kalian bersama. Semoga kebersamaan yang ada sekarang akan berakhir di suatu tahap yang istimewa.
Be good yah.. I'm happy for you, guys.. You all look good together..

04 Maret 2009

you and your things

Masih ga ngerti. Kenapa ada orang seperti dia. Tapi buktinya ada, yaitu dia sendiri. Atau aku yang terlalu bodoh dan kerdil untuk memahami keberadaan orang-orang seperti dia di bumi manusia ini? Sehingga harus lebih memintarkan diri untuk dapat menerimanya. Atau justru, dengan hadirnya orang-orang seperti dia, aku sebagai manusia yang selayaknya belajar dari manusia lainnya, mesti bisa mengambil nilai baik dan menjauhi kenegatifan yang terlihat pun terasa?
Atau bahkan, aku tak perlu membuang energi hanya untuk memikirkannya karena percuma.
Rasanya aku akan mengambil yang terakhir.

You perfectly ruined my so called confidence-in-me eventhough i clearly know what kind of person are you. But still, you successfuly drowned me into the old lack-of-confidence thing that i've been fighting for this past few years. And i hate it.

Then i realized.
You know something, i will get myself back on my knees and show you how good i am. You're just too lazy on using your own eyes to see other people ability. Even if you do, you wouldn't admit it.
You always underestimate people. What a shame, they do have alot of things which could be proud of instead of your foolish opinion and heartless attitude. But again, you don't give a sight to it.
And literally i'm done with you.

01 Maret 2009

bangkit dan berjuanglah

Di suatu siang, saya menerima pesan singkat dari salah satu teman dekat saya yang berbunyi,
"Putu, nanti malam aku telpon kamu ya.."

Saya sudah mendengar kabar si teman ini berpisah dengan kekasihnya yang sudah bertahun-tahun si teman kencani. Terus terang saya tidak ingat tepatnya berapa lama. Tapi yang pasti, cukup lama untuk membuat mereka mengenal satu sama lain. Saya dan si teman ini sempat mengobrol melalui sarana YM dengan intensitas yang tak seberapa. Namun saya rasa kali ini si teman sedang butuh teman bicara sampai-sampai mengajak saya berbincang-bincang melalui ponsel. Cukup serius pastinya. Saya mengatakan demikian karena masalah yang dibahas adalah cinta. Bagi saya ini hal yang serius. Apalagi jika menyangkut hati. Dan saya pun tidak main-main untuk mendengarkan celotehannya. Keseriusan pun bertambah setelah mendengar suaranya yang serak dan bindeng seperti sedang pilek namun tidak. Tentu mengerti dengan maksud saya kan?

Iya. Betul sekali. Si teman ini menangis. Suatu hal yang seingat saya tidak pernah saya lihat dan dengar dari dirinya. Jangankan mengeluarkan air mata, untuk bersedih saja rasanya tak pernah saya jumpai selama 8 tahun berteman dengan dirinya.
Pria tetaplah manusia. Yang perlu menangis. Yang butuh pelampiasan.

Begitu banyak cerita yang mengalir walau tanpa saya beri pertanyaan terlebih dahulu. Saya membiarkan si teman mengeluarkan segala yang ingin ia keluarkan. Saya hanya mendengar. Tanpa berkomentar. Tanpa menilai bahkan menyalahkan. Tanpa mengiba dirinya. Tanpa mengasihani keadaannya. Tanpa banyak mengeluhkan keputusannya. Saya hanya menerima apa yang memang harus saya terima. Tak lain adalah kejujurannya.

Ada beberapa hal yang memang saya tanyakan kepada si teman. Bukan bermaksud memojokkan dia, hanya ingin membuatnya menyadari sesuatu yang mungkin menjadi penyebab dari keputusan yang sudah dia buat.

Jadi begini. Si teman ini adalah pihak yang menyudahi hubungannya dengan si kekasih. Dengan alasan, cinta itu sudah tidak lagi sama. Kali pertama saya mendengar alasannya, saya langsung teringat kepada cerita cinta Dewi Lestari dan Marcel Siahaan yang juga mengemukakan bahwa cinta mereka sudah tidak lagi sama. (Silahkan baca kelanjutannya pada link yang tersedia.)
Namun, setelah saya tilik lebih lanjut, ceritanya agak berbeda.

Berikut ini saya hanya menggambarkan percakapan antara saya dengan si teman secara garis besar. Jadi, apabila si kekasih membaca ini dan tidak begitu setuju dengan apa yang saya tulis, mohon maaf. Tidak bermaksud apa-apa dengan tulisan ini. Hanya ingin bercerita saja.

Saat si teman mengatakan bahwasannya cinta yang terasa di hatinya sudah tidak lagi sama, saya bertanya, "Apa sebenarnya yang menyebabkan itu semua?" Karena menurut saya, pasti ada hal yang menjadi trigger hingga si teman menghasilkan rasa yang demikian terhadap cintanya. Awalnya si teman bercerita kesana kemari. Namun saya menekankan lagi pertanyaan saya. Sebenarnya saya sama sekali tidak suka menyudutkan seseorang dengan pertanyaan saya. Tetapi entah mengapa, kali ini saya merasa kalau inti persoalannya terletak pada trigger yang terpendam itu.
Menginjak dua jam lebih durasi kami bertelepon. Selama itu pula saya hanya mendengarkan omongan si teman. Dari mulai nada tertawa, putus asa, kesedihan hingga diam yang berbalut sedikit isak. Lama-lama saya mulai melihat dan bisa membaca apa yang sebenarnya terjadi diantara si teman dan kekasihnya. Jujur saja, meski berteman dengan keduanya, tapi saya tidak pernah mau turut camput dalam masalah yang mereka hadapi sejak dulu. Kebetulan saya tipe orang yang akan memberikan komentar jika diminta, jika tidak, lebih suka diam dan memperhatikan.

Satu hal yang dapat saya tarik sebagai kesimpulan adalah kurangnya komunikasi. Terkesan klise memang, tapi itulah kenyataannya. Sesuatu yang saya anggap sangat penting jika saya menjalin hubungan serius dengan seseorang. Dan trigger dari kejadian ini adalah salah paham yang bertumpuk semakin besar tanpa si teman saya ini sadari, yang menutupi cintanya dengan kabut ketidakterimaan akan sikap si kekasih. Meskipun si teman sudah berusaha menyirami cintanya dengan segala optimisme dan harapan yang ia punya.

Hasil analisa saya adalah begini.
Keduanya sama-sama keras kepala.
Si teman dan kekasihnya ini sama-sama memiliki prinsip dalam cara berpikir.
Si teman mungkin bukan orang yang bisa bersikap dan bertingkahlaku layaknya pria yang sudah matang baik secara emosi maupun usia. Si teman penuh dengan energi 'kekanak-kanakkan' yang pasti dipunyai oleh setiap individu. Hanya saja, pada kasus si teman ini, kuantitas energi itu melebihi batasan orang kebanyakan pada usianya.
Prinsip si teman sederhana. Kalau cinta, ya dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk ada, membantu dan mendampingi kekasihnya. Mencoba mengerti. Memahami dengan segala pengertian dan pengetahuan yang dia punya mengenai wanita. Tanpa perlu basa basi. Tanpa perlu dibuat rumit. Tanpa perlu alasan ini dan itu. Cinta sama dengan 'ada'. Tanpa mengenal membedakan beragam jenis keberadaan. Cinta sama dengan 'ada' untuk kekasihnya.
Bagi saya, si teman ini adalah pribadi yang menarik.

Lain halnya dengan si teman, si kekasih ini (berdasarkan cerita si teman) tipe individu yang selalu butuh alasan. Sama seperti saya yang selalu butuh alasan-alasan yang masuk akal untuk hampir segala sesuatu. Saya pun cukup mengerti untuk bagian ini dari si kekasih.
Si kekasih juga sepertinya (menurut pendapat saya) menginginkan si teman ini menjadi sosok yang dewasa, yang penuh kematangan dalam segala sikap dan pemikiran. Mungkin si kekasih lupa, kalau yang membuat dirinya cinta kepada si teman justru sikapnya yang kekanak-kanakkan. Bisa saja begitu kan?
Sama seperti kebanyakan perempuan pula, si kekasih suka mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak dia sungguhi. Seperti misalnya menyuruh si kekasih pergi, padahal justru ia menginginkan si teman untuk tetap tinggal. (jujur saya, dalam hal ini saya mengambil asumsi)
Atau mengatakan bahwa keberadaan si teman justru merusak dan tidak membantu apa-apa. Padahal sesungguhnya, si kekasih menginginkan si teman untuk berbuat lebih dari yang sudah dilakukan. Si kekasih terlalu dikuasai emosi untuk bisa menyampaikan kepada si teman dengan baik. Dengan bahasa yang dimengerti si teman.

Perkataan-perkataan demikian yang sering terlontar dari mulut si kekasih yang akhirnya membuat si teman merasa kehadirannya di hidup si kekasih tidak seberapa. Dimana hal ini adalah penting bagi dirinya. Ingat, cinta sama dengan 'ada'. Si teman berpikir, toh dengan dia ada, justru si kekasih menganggap keberadaannya mengganggu dan tidak memberi arti apa-apa.
Si teman beranggapan kalau dirinya tak berarti banyak bagi si kekasih. Walaupun mungkin sebenarnya justru sebaliknya buat si kekasih.
Tetapi si kekasih mungkin tidak menyadari, dengan sikap yang demikian justru malah akan menambah si teman merasa tidak penting. Lambat laun pun dapat memuncak. Hanya tinggal menunggu waktu. Cinta si teman pun memudar seiring ketidakmampuan ia menyiraminya.

Rumit bukan?
Maksud dari kurang komunikasi menurut versi saya tadi dalam persoalan ini adalah begini.
Begitu banyak hal yang terasa dari pihak si teman ini yang kurang dimengeri oleh si kekasih. Begitupula sebaliknya. Tidak ketemu-ketemu. Selalu berselisih jalan.
Rasa yang benar-benar menjalar di hati tidak tersampaikan dengan baik. Kesalahpahaman kian merajalela. Lalu membuncah. Kemudian menyembur tak tertahankan lagi.
Dan bermuara pada keputusan si teman untuk berpisah dengan kekasihnya. Yang jauh di dalam hatinya, masih si teman sangat cintai. Kalau tidak, untuk apa dia menangisi perpisahannya?

Percakapan saya dengan si teman pun berakhir lewat tengah malam. Setelah keduanya sudah cukup ngantuk untuk meneruskan obrolan. Selepas menutup mematikan ponsel, saya termenung.

Untuk si teman:
Aku cukup memahami kondisi hatimu. Tapi satu hal yang perlu kamu ketahui, pikirkan lagi keputusan itu dengan lebih baik. Pastikan bahwa tidak ada setitik ego pun didalamnya. Sebab, jika waktunya telah lewat. Jika si kekasih telah benar-benar menerima kenyataan bahwa kamu telah pergi meninggalkannya dan tidak akan kembali, namun di lain sisi kamu baru mulai menyadari kekeliruanmu akan kebesaran egoisme yang hadir begitu hebat tanpa kamu sadari, si kekasih sudah berbeda. Disaat kamu sadar kalau kamu masih mencintai dirinya, bahkan jauh dari yang sebelumnya. Si kekasih sudah melangkah meninggalkanmu. Dan ketika kamu mengutarakan niat untuk kembali kepadanya. Si kekasih sudah menutup hatinya.
Apakah kamu siap dengan kemungkinan yang seperti itu??
Kamu telah memutuskan sesuatu yang pasti ada konsekuensinya. Maka, jangan berpaling. Tetap menatap ke depan dan hadapi. Sebagai seorang pria kamu harus bertanggungjawab atas apa yang sudah menjadi keputusanmu.

Untuk si kekasih:
Aku mengerti. Terkadang kita sebagai wanita terbutakan oleh hal-hal yang kita anggap penting dimiliki oleh pasangan. Entah itu selera pakaian yang lebih baik. Entah perhatian yang mengalir non stop. Entah kepatuhan pada apa yang menjadi ingin kita. Entah pelayanan yang harus memuaskan dari pasangan. Kita terkadang begitu memuja hal-hal remeh temeh yang tak lebih dari 10% dari keindahan dirinya yang 90% sisanya sudah ada di genggaman kita.
Terkadang kita lupa. Bahwa mungkin sudah 90% kebaikan, kenyamanan dan ketulusan yang pasangan berikan ke kita, tetapi kita terlalu rakus untuk meminta semuanya, meminta lagi sisanya yaitu 10% tadi. Tolong sadari itu.
Pria punya caranya sendiri. Begitu pula dengan kita perempuan.
Dan sebuah hubungan tidak menentukan siapa yang akan jadi pemenang. Jadi bukan masalah menggunakan caramu atau caranya. Tetapi cara kalian berdua.
Mungkin si teman sedang dirundung emosi yang begitu sangat. Serajin apapun engkau bertanya dalam waktu dekat ini, niscaya ia tak bergeming.
Yang sebaiknya kamu lakukan adalah berdiri tegar dan hadapi ini semua. Terima kenyataan yang ada di depan mata. Jangan melarikan diri. Jangan lantas melemah lalu hancur. Tunjukkan kepadanya bahwa kamu adalah perempuan yang tak pantas dia tinggalkan. Bangkitkan semangat "seolah-olah" kamu ingin membuatnya menyesal. Jadikan dirimu lebih baik lagi dari sebelumnya. Jadikan peristiwa penting ini berarti untuk hidupmu.
Jangan terpuruk. Tapi bangkitlah lalu melangkah hadapi semua. Perjalanan kita masih panjang bukan?

Sebab kita semua tak akan pernah tahu, kawan. Apa yang akan terjadi di depan sana.
Mungkin Tuhan sedang menguji keteguhan kalian. Mungkin Tuhan sedang ingin melihat seberapa kuat umatnya mampu bangkit dari apa yang terasa sebagai suatu keterpurukan. Mungkin Tuhan sedang mempersiapkan sesuatu yang lebih indah lagi, namun kalian harus mengalami hal ini untuk mencapai kesana.
Maka, lekaslah bersiap.
Tunjukkan bahwa memang kalian pantas untuk naik kelas ke tingkatan kehidupan berikutnya.
Tunjukkan bahwa kita telah belajar dari kehidupan.

I love both of you..
Be good ya..

22 Januari 2009

hendak apa ya..

Disaat kehidupanmu terasa tenang, nyaman dan berada di zona yang aman.
Akankah kamu rela untuk mengorbankan itu semua demi sebuah hal yang belum kamu tahu akan menjadi hal yang amat sangat membahagiakan atau justru membuat derita??
Akahkan kamu ambil resiko itu??

Disatu sisi, hidupmu sudah tentram sentosa. Dan yang perlu kamu lakukan hanya mengalir bersama arus kehidupan itu sendiri. Tak perlu lagi menduga dan bermandi tanya akan apa yang datang kemudian. Seolah jalan menuju masa depan sudah terhampar jelas dihadapmu bak jalan tol, tanpa hambatan. Melaju. Hanya tinggal menunggu waktu.

Disisi lain, hidup menawarkan petualangan baru. Sesuatu yang masih buram. Sesuatu yang penuh konsekuensi. Seberapa berani kamu ambil "kucing di dalam karung" itu?
Kamu terjang arus yang mengalir dan melawan segala aral yang melintang dengan harapan bertemu keindahan di hulu sana. Meski dalam kenyataannya nanti, ada kemungkinan dirimu akan terseret arus dan menemui apa yang menurutmu kurang indah di hilir sana.
Atau kamu gentar. Berhenti. Lalu kembali berpaling pada kenyamananmu.

Hanya sedang berpikir. Hendak apa.

18 Januari 2009

let it be..

Terimakasih untuk hari ini..

Diawali kemarin sore, salah satu kawan ngajak ketemuan. Agak herman juga sih, soalnya ga biasanya dia ngajak pergi2. Tapi ga pake mikir juga, saya bilang hayuukk gitu. Dan perbincangan pun terputus begitu saja.

Siang tadi, ia mengkonfirmasikan jadi atau tidaknya kami bertemu. Setelah dijemput dirumah, kami pun pergi ke salah satu mall di bilangan Jakarta Selatan. Tak ada rencana mau apa di sebuah mall ituh. Tak begitu suka ke mall juga kalau memang tidak perlu. Akhirnya diputuskanlah untuk menonton. Walaupun niatannya ketemuan untuk ngobrol, tapi yaahhh... apa daya kami ini yang ga bisa liat pelm nganggur. Pilah pilih pilah pilih. Jadilah memutuskan untuk nonton film Feast of Love. Berhubung mulainya masi 2 jam lagi, kami pikir makan dulu lebih baik sembari ngobrol2 yang memang jadi tujuan utama ketemuannya.

Banyak cerita yang aku baru tahu.
Kawan. Sungguh aku tak menyangka. Aku salut padamu, entah bagaimana. Cinta memang tak pernah memilih kemana ia ingin dijatuhkan. Cinta ada begitu saja. Meski kau mencoba sekuat tenaga, jika memang ia belum mau terjatuh dari rantingnya, tidak akan terjadi apa2 dengan dirimu.
Apa yang ada di hadapmu. Terima dan hadapilah. Aku percaya kau bisa melewatinya dengan baik. Tanyakan hatimu, apa yang ia mau. Dan jangan ingkari apalagi berlari. Sebab ketika kau lelah dan kembali pulang, ia tetap disana. Menunggumu dengan pertanyaan yang sama.

Setelah hampir 2jam bertukar cerita tanpa henti. Kami pun beranjak untuk menonton film pilihan kami, **aku sih tepatnya, dengan pertimbangan dirimu juga ya.. Huh. Melimpahkan pekerjaan yang paling aku tidak suka.

Aha. Tak disangka tak dinyana.
Hampir setiap pertanyaan2 kami yang dihasilkan dari obrolan, dijawab oleh film tersebut walau tidak secara langsung. Film itu menjawab dengan segala hal yang justru yang menjadi bahan perenungan kami atas apa yang sedari tadi kami bicarakan mengenai cinta.

Cinta yang selagi kau rasakan, lucuti hingga ke inti sarinya lalu lepaskan. Karena mungkin cinta itu hanya datang kali ini saja. Tidak ada yang kedua.

Cinta yang walau kau sadari akan membuat hatimu patah, tetap kau rengkuh dan kau taburi dengan segala keindahan dan kebahagiaan yang bisa kau lakukan, kau selami hingga tetes terakhir. Kau ambil resikonya. Sebab mungkin bahagia yang kau rasa melebihi kesedihan yang datang kemudian.

Cinta yang mengerti, memahami dan menyadari betul seberapa penting keberadaannya. Kekiniannya. Bukan lagi dulu atau esok hari.

Cinta yang mungkin saja tak berbalas sesuai dengan cara yang kau inginkan.

Cinta yang tak gentar akan aral yang siap menghadang melintang di depannya.

Cinta yang pada akhirnya saling memiliki.

Jika kau merasa ketidakadilan Tuhan tengah berbicara. Berhenti. Lalu resapi. Runutlah satu persatu dengan lebih teliti. Beliau tidaklah tidur. Beliau jauh dari keji. Beliau hendak memberikan yang paling kau butuhkan saat ini. Hanya saja dengan caranya. Cara yang mungkin sulit untuk dimengerti dengan hati yang tertutup oleh ketidaksetujuanmu. Beliau ada disana. Mempersiapkan segalanya untukmu agar menjadi sempurna. Bisakah kau melihatnya??

Bukalah matamu ketika melompat. Sebab disanalah kau akan melihat segalanya. Segala yang ingin kau tuju. Segala yang telah kau lewati. Dan segala yang ikut bersamamu. Lalu bersyukurlah. Kau telah memiliki yang terbaik dalam hidupmu.

Ahh.. hari ini sungguh indah, kawan. Terimakasih.
Atas ajakanmu.
Atas keputusan kita menonton film itu.
Aku percaya ini bukanlah kebetulan semata.
Lihatlah. Beliau sedang menunjukkan jalan untuk kita semua.
Terimakasih untuk hari ini.