Pada posting "mereka yang ay sayangi" saya sempat menuliskan frase "orang penting" dalam hidup saya. Lagi-lagi, ini hanya sebuah istilah dan tingkatan hubungan yang saya ciptakan sendiri. Tak bermaksud mengajari, menggurui atau bahkan meninggikan diri sendiri. Hanya sebuah warna yang saya ciptakan untuk hidup saya yang tidak biasa. Mengapa "orang penting". Tidak "orang istimewa", "orang spesial" atau mungkin "orang-orangan sawah" :D Bisa jadi itulah yang ada pada benak pembaca posting ini atau sebelumnya. Ada alasan lain selain frase itu yang pertama kali muncul pada pikiran saya sejak SMU dahulu, ketika menyebutkan orang-orang yang paling saya cintai dalam hidup saya. "Orang penting". [Penambahan tanda petik (") tidak lebih dari sebuah penegasan istilah] Disebut "orang penting" karena mereka adalah orang yang memang penting dalam hidup saya. Tak pernah bisa dibayangkan jika saya harus menjalani hari-hari kehidupan tanpa kehadiran "orang penting" saya. Walaupun tak harus melulu berkomunikasi melalui telepon ataupun sms, tapi tak sedikitpun mengurangi arti keberadaan mereka dalam hidup saya. Mengapa mereka penting?
Karena telah mengerti, memahami dan yang paling penting adalah menerima apa-apa saja yang melingkupi diri. Karena telah setia menemani nurani dengan segala yang ada didalamnya. Karena telah memberi arti yang tak pernah bisa terbahasakan dengan sempurna. Karena telah menyentuh dasar palung hati yang saya miliki. Karena tetap tinggal. Karena cinta.
"Orang penting" saya bisa saja bertambah seiring dengan waktu yang terlewati. Tak pernah ada kuota untuk itu dan tak sedikitpun ada niatan untuk membuat batasan untuk itu. Sampai saat ini. Saat saya menuliskan posting ini. Baru ada 4 "orang penting" yang tinggal di rumah hati saya.
Hanya dua dari mereka yang saya beritahu posisi mereka di hati saya sebagai "orang penting". Toh sebenarnya, tak menjadi soal bagi mereka. Sebab saya tak pernah memberikan apa-apa untuk mereka atas posisi yang mereka tempati. Hmm. Hanyalah cinta. Dan akan selalu kurang.
Mereka yang tak termiliki Mereka yang merengkuh diri Mereka yang enggan terhenti Mereka yang mematri hati
Ada beberapa tingkatan pertemanan yang saya ciptakan secara pribadi. Orang lain boleh saja berbeda pendapat dengan saya. Tidak masalah. Karena saya hanya menceritakan kehidupan saya dan bukan kehidupan orang lain yang sedianya bukan pula menjadi urusan saya. Saya akan paparkan satu per satu. Nomor 1. Belum terdefinisikan. Adalah lebih tinggi dari persahabatan namun tak lebih dari hubungan percintaan. Segala cinta dan rasa sayang menyatu dalam hubungan ini tanpa terkontaminasi oleh keinginan untuk memiliki. [Tingkatan ini rasanya memiliki ekslusifitas. Merujuk hanya ke satu orang] Nomor 2. Sahabat. Adalah teman dekat yang telah berbagi banyak kesenangan dan kesedihan bersama-sama. Telah mengetahui hal-hal yang bersifat pribadi pada diri saya. Telah mengenal beberapa orang-orang penting dalam hidup saya baik melalui cerita yang keluar dari mulut saya ataupun bertemu langsung dengan mereka. Teman dekat yang teramat sangat saya sayangi. Nomor 3. Teman dekat. Adalah teman yang pada awalnya terkondisikan namun seiring dengan bergulirnya waktu, memilih untuk menjadi lebih dekat atas keinginan dari keduabelah pihak secara tahu sama tahu tanpa terbahasakan melalui verbal. Nomor 4. Teman terkondisikan. Adalah teman dimana hubungan yang tercipta diawali oleh suatu kondisi yang mengharuskan kita untuk seringkali berinteraksi dengan orang tersebut, dalam lingkungan apapun yang tidak dibatasi oleh apapun. Nomor 5. Teman. Adalah hubungan yang diawali oleh perkenalan. Dari tidak kenal menjadi kenal. Dari tidak tahu menjadi tahu. Dari tidak akrab menjadi akrab. Nomor 6. Temannya teman. Adalah hubungan yang tercipta dikarenakan hubungan pertemanan orang tersebut dengan seseorang yang merupakan teman saya.